oleh: Ulfah DM
Menatap langit sambil berpejam mata
Menikmati daging meski hanya aroma
Mengais dan mengumpulkan suka
Berharap Tuhan memberi sisa rizkinya
Menembus dingin tanpa alas kaki
Bersahabat dengan hujan tanpa pamrih
Menikmati kencangnya angin dengan senang hati
Siapa tahu angin dapat membungkam perut yang meronta?
Menembus dingin tanpa alas kaki
Bersahabat dengan hujan tanpa pamrih
Menikmati kencangnya angin dengan senang hati
Siapa tahu angin dapat membungkam perut yang meronta?
Si Pengemis masih semangat menari
Memetik nada riang tanpa henti
Menyanyikan melodi yang tak berharmoni
Tak ada yang tahu kalau-kalau ia esok sudah mati?
Katanya... Jangan pernah kau putuskan asa
Temukan bongkahan harapan dan mimpi
Abaikan jutaan cibir di muka bumi
Menarilah, walau saluruh dunia memaki
Katanya... Jangan pernah kau putuskan asa
Temukan bongkahan harapan dan mimpi
Abaikan jutaan cibir di muka bumi
Menarilah, walau saluruh dunia memaki
Rasa
oleh: Ulfah DM
Aku
Terbelenggu oleh sebuah rasa
Menatapmu
tanpa bisa berkata-kata
Terjebak
bersama fantasi tentang dirimu
Menanti
sebuah harapan yang semu
Aku
tak berniat bungkam di depanmu
Aku
hanya menimbang rasa dan kenyataan
Ada
senja yang lebih indah di samping mu
Dan
memaksaku tuk hentikan harapan
Aku bersimbah rindu menantimu
Menerka dirimu yang masih abu-abu
Begitu banyak rasa membuatku tenggelam
Itu sebabnya aku memilih diam
Namun Kau tetap saja fana
Kau tak pernah jadi nyata
Sebab kau hanya sebuah rasa
Akhirnya... Aku juga yang terluka
Susu
Terakhir
Oleh:
Banyu Bening
Nyaring
tangis itu membuat kakaknya bingung
Bangun
dengan sisa kantuk yang menggantung di kelopak matanya yang mulai ranum
Melirik
meja
Kotak
susu tertembak tatapnya
Dibukanya
Diperkirakannya
hanya dua kali lagi
Sembari
mengaduk susu, diliriknya jam dinding berdebu di atas lemari
Mama
belum kembali
Adiknya
sudah tenang
Ia
kembali rebahkan badan
Angin
subuh membangunkan bulu romanya
Kalau
di rumah neneknya, pasti ayam sudah bersautan
Mentari
sudah kembali menyombongkan diri
Memanggang
mereka yang disebut rakyat miskin
Mengisap
seluruh keringat demi nasi
Ah
mama pasti tak kembali
Kembali
ia membuatkan susu adiknya
Susu
terakhir, batinnya
Samar
bang Roni teriak dari luar
"Anti,
mamamu kena razia semalam"
Malang,
21 Des'15 (23:31)
Satu Sosok
Oleh: Nurhidayah Tanjung
Satu sosok yang terlalu sering terlupakan
Matanya yang menentramkan, dan wajahnya yang
meneduhkan
Kelembutan lebih sering dia sembunyikan
Bagian dari hidup adalah kehidupan
Menyusuri berbagai langkah yang berkelok
Kau lebih sering terdiam, tidak ikut campur
dan terkesan cuek
Kau lebih sering marah memuncak ketika
kesalahan terjadi
Mungkin rasa sayangmu lebih dari itu
Pundak kuat, tangan kekar
Selalu setia menggendongku, menggandeng
dengan erat
Banyak hal dan tujuan yang selalu kau
kesampingkan demi keluarga
Biarlah hanya ada cinta di hidupku, tapi
jangan sampai kau kehilangan cinta keluargaku
Biarlah hanya ada sepi di hidupku, tapi
jangan sampai kau kesepian keluargaku
Bengkulu, 30 Agustus 2017
Anugerah
Oleh: Nurhidayah Tanjung
Hujan memecah hening, memberi rasa
Perlahan, kita menjadi cinta
Bukan pada rasa, tapi pada semesta
Atau barangkali pada angkasa
Tapi kau bilang kita telah jatuh cinta, pada
Tuhan yang memberi hujan pada kita
Karena ini anugerah Sang Pencipta
Bengkulu, 6 Februari 2017