Latest News
Friday 10 March 2017

Kisah Bocah Sepuluh Tahun dan Koran Untuk Penuhi Kebutuhan Sekolah


            Unibkita.com|| Kala mentari sudah diatas kepala  dan suasana Gedung Kuliah Bersama II Universitas Bengkulu yang ramai oleh rutinitas belajar mahasiswa,  Dantari (10) sudah nampak lelah membawa plastik putih berisikan koran dagangannya. Tangga demi tangga  ia berjalan, berharap koran yang dijualnya dibeli oleh mahasiswa.  "koran… mbak.. koran bang…," teriak Dantari beberapa hari lalu yang berharap disapa oleh  mahasiswa. 

            Hampir tiap hari Dantari berjualan keliling di Universitas Bengkulu, tempat yang sering ia jadikan untuk berjualan adalah gedung PKM dan gedung perpustakaan terkadang ia pun berjualan di Pasar Minggu. Dantari pun tak sendirian berjualan, ada juga anak-anak lain seusianya ikut berjualan koran. Langkahnya kelihatan tertatih, akibat berjualan koran diusianya yang masih kecil. Bagaimana tidak, tubuhnya yang masih mungil, harus berjualan koran mengelilingi kampus biru kita ini, tak jarang juga ia menerima usiran dari orang lain.  Sehari-hari, bocah laki-laki ini membawa 12 koran. Tak ada transportasi yang ia gunakan saat menjajakan korannya. Ia hanya bertumpu pada kedua kakinya yang mungil untuk mengelilingi kampus. Barangkali sudah puluhan atau mungkin ratusan kilometer langkahnya untuk berkeliling.  

            Saat ditanya mengapa dirinya berjualan koran, bibir kecilnya menyahut jika hal ini untuk membantu keuangan orangtuanya.  "Saya jualan untuk bantu-bantu bapak sama mamak cari uang, bapak saya seorang pengampas bawang mbak," tutur Dantari. Saya pun penasaran untuk apa uang hasil jual koran, “Untuk apa dik uangnya nanti?” tanyaku singkat, “Uangnya ditabung mbak untuk beli sepatu sama tas sekolah” jawab Dantari sembari memandangi koran yang ada ditangannya.  Momok yang menakutkan adalah ketika korannya tak ludes terjual, Hal ini tentu memaksanya harus teriak sebanyak mungkin.

            Jualan Koran sudah dilakukan selama 2 tahun terakhir ini, dari setiap koran yang laku terjual Dantari mendapat uapah Rp 500,-  jika laku terjual semua korannya Dantari menghasilkan Rp 6000, - per hari, ia menyebut hasil penjualannya sedikit membantu biaya hidup keluarganya yang turut dihuni kakaknya yang duduk di bangku SMP dan adiknya yang masih SD.

            Anak sekecil itu sudah bermain dengan waktu. Biasanya, ia berjualan mulai pukul 13.30 WIB hingga pukul 15.30 WIB. Jadwal kerjanya yang padat, tak membuat Dantari putus sekolah. Ia mengaku beruntung dengan jam sekolahnya yang harus masuk Pagi. Sebab hal itu mendukung dirinya untuk bisa kerja sambilan dengan berjualan di siang hari. "Sekolahku masuk pukul 08.00 pagi mbak, jadi siang hari saya bisa berjualan koran," kata Dantari dengan sorot mata nanar. 

         Meski harus berbeda dengan anak seusianya, Dantari tak pernah merasa risih dengan profesinya berjualan koran. Sebab, apa yang ia lakukan menurutnya bukanlah hal yang salah. Anak yang masih duduk di kelas V SD ini hanya risau dengan pendidikannya di sekolah. Saat ditanya soal prestasinya, ia menyebut hasilnya tak begitu baik. "Saya nggak dapat peringkat mbak, hasilnya biasa-biasa saja," imbuh Dantari sembari tersenyum. Walapun seperti itu, Dantari memiliki cita-cita, Ia ingin menjadi seorang Polisi besarnya nanti.

            Harapannnya, semoga tiap hari korannya laris terjual dibeli mahasiswa agar keluarganya bisa bertahan hidup di tengah kondisi yang semakin pelik. Dantari merupakan satu diantara juataan anak yang terpaksa membanting tulang bekerja. Menurut data BPS, sekira 4,05 juta dari jumlah keseluruhan anak berusia 5-17 di tahun 2009, termasuk dalam kategori anak yang bekerja.  Anak yang bekerja umumnya masih bersekolah, bekerja tanpa dibayar sebagai anggota keluarga, serta terlibat dalam bidang pekerjaan pertanian, jasa dan manufaktur.








                                                                                                          
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Kisah Bocah Sepuluh Tahun dan Koran Untuk Penuhi Kebutuhan Sekolah Rating: 5 Reviewed By: Mar Wiyah