Latest News
Saturday 2 November 2019

"Pojok Inspirasi" Kuwujudkan Impian Bersama Doamu di Surga



“Tulisan ini saya persembahkan untuk sahabat terbaik saya Astri Wijayanti”

Astri wijayanti adalah seorang perempuan berdarah Jawa Timur tepatnya di Kediri. Astri Wijayanti dilahirkan di Kampung halaman ibunya di Kediri pada tanggal 2 juli 1997 nama ayahnya Suhartono dan ibu Sri Utami. Kehidupan kecilnya banyak di habiskan di kampung halaman di Kediri Jawa Timur. Dari kecil ia sudah menjadi yatim dan tinggal dengan Bibinya saudara kandung dari Ibunya, sekitar umur 3 tahun Astri sudah di tinggalkan oleh ibunya menghadap Allah Swt, dan pada usia satu tahun ia ditinggalkan oleh Ayahnya untuk pergi merantau, ia dilahirkan dari pasangan yang broken home. 

Ketika ibunya meninggal dunia ia di asuh oleh bibi saudara ibunya. Dan disini Astri harus mengalami drama kehidupan yang bisa dibilang sedikit menyedihkan. Untuk lebih detailnya Astri merasa itu belum layak untuk dijadikan sebagai konsumsi public.

            Masa kecil nya dari TK sampai SMA kelas 1 ia habiskan di Kediri, banyak hal rintangan yang Astri lewati, mulai dari bibinya meminta ia menikah setelah menyelesaikan sekolah dasar (SD) tapi tekadnya ia tetap menolak untuk menikah. kemudian ia harus selalu dibandingkan dengan anak bibinya yang sering mendapat juara kelas sedangkan ia sering mendapatkan nilai kecil, apalagi kalau lagi sedih rindu ibu, dan minder dengan kehidupan ia yang jauh berbeda dengan orang lain. Orang yang bisa hidup dengan kasih sayang penuh orang tua sedangkan ia jangan kasih sayang wajah ayah saja ia tidak tau. Tetapi dengan ini menjadi motivasi ia untuk tetap semangat menjalani hidup dan kehidupan. Kerinduannya dengan ibu membuat ia terus bersemangat untuk sekolah, karena baginya dengan cara ini dia yakin akan membuat ibunya bangga dan bahagia. 

Berselang dua tahun tepat dia duduk di kelas satu SMA ia mendapat sinyal mengenai sosok Ayah yang selama ini ia cari. Akhirnya dipertemukan kembali dengan sang Ayah dan akhirnya dipindahkan sekolah ke Sumatera Ipuh, Muko-Muko Bengkulu. Disini ia memulai kehidupan baru, dengan budaya dan bahasa yang berbeda yang ia temui. Dan ia menjadi siswa baru di sebuah sekolah ternama di Ipuh, Mukomuko Bengkulu, ia sering diledekin karena aksen/logat medok Jawanya dan ia cukup kesusahan beradaptasi dengan bahasa yang berbeda, Astri cenderung menggunakan bahasa Indonesia, sedangkan Bahasa Indonesia jika digunakan di Bengkulu akan nampak agak terasa lucu jika dilakukan untuk bertegur sapa dalam kehidupan sehari-hari karena sebagian besar masyarakat masih banyak yang menggunkan bahasa daerah ketimbang menggunakan bahasa Indonesia “tuturnya”. 

            Sewaktu selesai menempuh pendidikan di SMA ia sempat terpikir untuk kembali ke Kediri dan melanjutkan sekolah menengah atas di kampung halaman tercintanya, ia sempat kebingungan dalam memutuskan perihal perkara ini dengan banyak pertimbangan akhirnya ia tetap melanjutkan sekolah di Ipuh, Muko-Muko Bengkulu, masa SMA ia lewati dengan banyak menorehkan prestasi di bidang kepenulisan. Hari-hari ia lewati sering kali di hantui oleh rindu oleh seorang sosok ibu walapun ia sudah mendapatkan ibu tiri. Ia kuatkan tekat dengan semangat ia harus bisa membanggakan orang tuanya sekaligus ibunya yang telah pergi menghadap Illahi.

            Sering berjalan waktu ia akhirnya selesai menempuh pendidikan menengah atas, dan di sini jug ia kembali dirundung akan rasa bingung ingin melajutkan ke Jawa dengan bertemu oleh orang-orang tersayang di Kediri atau justru kuliah di Bengkulu, tetapi atas saran dari sang Ayah akhirnya ia menuruti semua yang disarankan oleh Ayahnya ia kemudian mendaftarkan diri di sebuah Universitas Besar dan terkenal di Kota Bengkulu yaitu Universitas Bengkulu, tetapi untuk masuk dan terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Bengkulu bukanlah suatu perjuangan yang mudah seperti membalikan telapak tangan banyak tantang yang harus ia hadapi dan di lawan. 

Mulai dari mendaftarkan diri melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), tetapi disini ia gagal  tanpa rasa putus asa ia tidak berhenti sampai disini saja ia kemudian mendaftar lagi melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN)  tetapi keberuntungan masih belum berpihak padanya hingga pada jalur terakhir atau jalur ketiga Seleksi masuk perguruan tinggi jalur mandiri. Diterima di jalur terkahir ini banyak rasa yang berkecambuk dalam dirinya antara sedih dan senang, senang akhirnya bisa menjadi bagian dari mahasiswa Universitas Bengkulu, sedih harus diterima dengan jalur terakhir yang notabenya dikatakan sebagai orang bodoh dengan jalur nyogok. Tetapi dengan kata-kata itulah yang akhirnya membuat semangatnya kembali bangkit. 

            Astri Wijayanti di terima di Universitas Bengkulu, Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, setelah berhasil masuk di program studi ini ia tanamkan tekad yang kuat untuk dapat mengukir prestasi, prestasi yang ia dapatkan ia mulai dengan rasa Kepo terhadap yang namaya Pimnas dengan rasa kepo ini ia banyak mengikuti mentoring dan PKM yang ada di Universitas Bengkulu di mulai, Gerakan 1000 PKM yang diadakan oleh organisasi P3M yang diadakan oleh BEM KBM Universitas Bengkulu, disitu ia masih semester satu dan di acara ini ia dipertemukan oleh kakak tingkat yang Bernama Okta Fernando yang juga merupakan mahasiswa program studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, kak Okta-lah yang disini menjadi pembimbing Astri untuk menulis PKM dari sini akhirnya terbentuk Tim REPTIL (Replika Tabot dari Limbah) Astri bersama Tim sering mengadahkan diskusi dan memulai menulis PKM, Asti juga merupakan yang terkecil diantara Timnya, ia sempat minder karena rekan-rekan timnya semuanya sudah pernah berprestasi sedangkan ia belum dan masih semester satu pada waktu itu tetapi dengan motivasi dari kakak timnya akhirnya ia mulai percaya diri bahwa dia akan berusaha dan mampu berkolaborasi dan berjuang bersama kakak dari Tim REPTIL tersebut. 

Tim Reptil Otawa Unib Pimnas 2017

  
Awalnya mereka tidak percaya bahwa mereka akan terpilih untuk mewakili Pimnas 30 di Universitas Muslim Indonesia di Makasar karena adanya mahasiswa yang merendahkan dan mengatakan itu merupakan karya yang tidak bermutu cuman karya yang berasal dari sampah siapa yang akan tertarik akan itu apalagi ingin dijual siapa yang akan membeli, tetapi disini karena mereka merupakan Tim mereka saling menguatkan diri dengan adanya cemooan dari beberapa mahasiswa yang juga menulis PKM, seiring berjalanya waktu, akhirnya Astri dan Tim REPTIL berhasil merangkul banyak media baik itu media local seperti RB TV, BE TV, Reportase Rakyat,  Pedoman Bengkulu dan juga Media terbesar kampus Universitas Bengkulu Unib Kita, tidak hanya media lokal media nasional pun dapat dirangkul oleh mereka seperti Net TV dan TVRI Nasional. Media-media yang telah dirangkul tersebut dapat menjadi poin penting dalam ajang Pimnas, yang mana media menjadi nilai plus
Dikatakan Astri jika berkaca dari tahun-tahun sebelumnya Universitas Bengkulu sulit untuk mendapatkan juara dalam ajang Pimnas itu sendiri karena dari universitas lain itu sudah sangat gila akan pimnas seperti  Universitas Seriwijaya, Universitas Barawijaya, UGM, ITB, mereka nampak sangat sengit untuk mendapatkan juara pada ajang Pimnas tersebut.
Tim REPTIL Astri ini mengambil bagian kewirausahan yang mengangkat budaya Provinsi Bengkulu ada tabot, batik besurek dan juga endemik Bengkulu, Bunga Raflesia yang di satu padukan menjadi suatu karya memiliki nilai jual yang disebut REPTIL. Saat itu juga bersamaan dengan jalanya PKM REPTIL ini Astri juga berkecimpung dengan media terbesar kampus yaitu Unib Kita disini Astri membantu Tim REPTIL untuk publikasi dan redaksi sedangkan untuk pengerjaan REPTIL itu sendiri Astri bersama Tim berbagi tugas yang mana dalam pembuatan REPTIL ini sendiri terdpat beberapa tahap yaitu pemotongan, pengeleman, dan pengemasan yang semua bahan bekasnya Astri dan Tim REPTIL cari secara bersama-sama, untuk penguatan dalam Tim REPTIL ini Astri dan Tim sering melakukan refresing untuk menyatukan pikiran serta visi untuk mengharumkan nama Universitas Bengkulu. 

Saat Pimnas di Makassar tersebut Tim Astri merasakan Minder dengan Universitas yang  lain yang selalu disebut-sebutkan akan menjadi juara walaupun itu hanya sekedar Gimikan dari pembawa acara, kemudian juga Universitas lain tersebut ada persembahan tersendiri untuk pimnas seperti menggunakan jargon tersendri untuk pimnas dan diringi dengan drum band dan pertujukan lainnya, disana mereka hanya diam melihat orang yang sebegitu bagusnya dan banyak hal-hal yang tidak terduga yang di lakukan oleh Universitas-Universitas yang lain tersebut tetapi mereka tetap semangat dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengharumkan Universitas Bengkulu.
Astri dan Tim REPTIL sungguh tidak menyangka akan mendapatkan juara ke 3 serta memperoleh medali sekelas perunggu  yang selama ini belum pernah di dapatkan oleh Universitas Bengkulu walapun sudah 30 Pimnas ini diadakan, baru tahun ini akhirnya Universitas Bengkulu bisa memboyong mendaali sekelas perugu tersebut
Harapan Astri Wijayanti kepada Birokasi Universitas Bengkulu hendaknya Birokrasi dari Universitas Bengkulu hendaknya agar lebih apresiasi lagi terhadap prestasi mahasiswa Universitas Bengkulu dan lebih mendukung lagi seperti memberikan fasilitas yang sudah di back up dari jauh-jauh hari, seluruh yang akan dibutuhkan dalam kegiatan mahasiswa yang akan mengikuti ajang untuk mengharumkan nama Universitas Bengkulu. Harapan kedepannya semoga Universitas Bengkulu dapat mengirimkan lebih banyak tim lagi untuk bisa pimnas. karena dengan adanya juara-juara pimnas ini akan bisa meningkatkan kreadibiltas dari suatu perguruan tinggi.(Else Puspitasari)



  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: "Pojok Inspirasi" Kuwujudkan Impian Bersama Doamu di Surga Rating: 5 Reviewed By: rafflesiainisiator