“Tulisan ini saya persembahkan untuk sahabat terbaik
saya Astri Wijayanti”
Astri wijayanti adalah seorang perempuan berdarah
Jawa Timur tepatnya di Kediri. Astri Wijayanti dilahirkan di Kampung halaman
ibunya di Kediri pada tanggal 2 juli 1997 nama ayahnya Suhartono dan ibu Sri
Utami. Kehidupan kecilnya banyak di habiskan di kampung halaman di Kediri Jawa
Timur. Dari kecil ia sudah menjadi yatim dan tinggal dengan Bibinya saudara
kandung dari Ibunya, sekitar umur 3 tahun Astri sudah di tinggalkan oleh ibunya
menghadap Allah Swt, dan pada usia satu tahun ia ditinggalkan oleh Ayahnya
untuk pergi merantau, ia dilahirkan dari pasangan yang broken home.
Ketika ibunya meninggal dunia ia di asuh oleh bibi
saudara ibunya. Dan disini Astri harus mengalami drama kehidupan yang bisa
dibilang sedikit menyedihkan. Untuk lebih detailnya Astri merasa itu belum
layak untuk dijadikan sebagai konsumsi public.
Masa
kecil nya dari TK sampai SMA kelas 1 ia habiskan di Kediri, banyak hal
rintangan yang Astri lewati, mulai dari bibinya meminta ia menikah setelah
menyelesaikan sekolah dasar (SD) tapi tekadnya ia tetap menolak untuk menikah.
kemudian ia harus selalu dibandingkan dengan anak bibinya yang sering mendapat
juara kelas sedangkan ia sering mendapatkan nilai kecil, apalagi kalau lagi
sedih rindu ibu, dan minder dengan kehidupan ia yang jauh berbeda dengan orang
lain. Orang yang bisa hidup dengan kasih sayang penuh orang tua sedangkan ia
jangan kasih sayang wajah ayah saja ia tidak tau. Tetapi dengan ini menjadi
motivasi ia untuk tetap semangat menjalani hidup dan kehidupan. Kerinduannya
dengan ibu membuat ia terus bersemangat untuk sekolah, karena baginya dengan
cara ini dia yakin akan membuat ibunya bangga dan bahagia.
Berselang dua tahun tepat dia duduk di kelas satu
SMA ia mendapat sinyal mengenai sosok Ayah yang selama ini ia cari. Akhirnya
dipertemukan kembali dengan sang Ayah dan akhirnya dipindahkan sekolah ke Sumatera
Ipuh, Muko-Muko Bengkulu. Disini ia memulai kehidupan baru, dengan budaya dan
bahasa yang berbeda yang ia temui. Dan ia menjadi siswa baru di sebuah sekolah
ternama di Ipuh, Mukomuko Bengkulu, ia sering diledekin karena aksen/logat medok
Jawanya dan ia cukup kesusahan
beradaptasi dengan bahasa yang berbeda, Astri cenderung menggunakan bahasa
Indonesia, sedangkan Bahasa Indonesia jika digunakan di Bengkulu akan nampak
agak terasa lucu jika dilakukan untuk bertegur sapa dalam kehidupan sehari-hari
karena sebagian besar masyarakat masih banyak yang menggunkan bahasa daerah
ketimbang menggunakan bahasa Indonesia “tuturnya”.
Sewaktu
selesai menempuh pendidikan di SMA ia sempat terpikir untuk kembali ke Kediri
dan melanjutkan sekolah menengah atas di kampung halaman tercintanya, ia sempat
kebingungan dalam memutuskan perihal perkara ini dengan banyak pertimbangan
akhirnya ia tetap melanjutkan sekolah di Ipuh, Muko-Muko Bengkulu, masa SMA ia
lewati dengan banyak menorehkan prestasi di bidang kepenulisan. Hari-hari ia
lewati sering kali di hantui oleh rindu oleh seorang sosok ibu walapun ia sudah
mendapatkan ibu tiri. Ia kuatkan tekat dengan semangat ia harus bisa membanggakan
orang tuanya sekaligus ibunya yang telah pergi menghadap Illahi.
Sering
berjalan waktu ia akhirnya selesai menempuh pendidikan menengah atas, dan di
sini jug ia kembali dirundung akan rasa bingung ingin melajutkan ke Jawa dengan
bertemu oleh orang-orang tersayang di Kediri atau justru kuliah di Bengkulu,
tetapi atas saran dari sang Ayah akhirnya ia menuruti semua yang disarankan
oleh Ayahnya ia kemudian mendaftarkan diri di sebuah Universitas Besar dan
terkenal di Kota Bengkulu yaitu Universitas Bengkulu, tetapi untuk masuk dan
terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Bengkulu bukanlah suatu perjuangan yang
mudah seperti membalikan telapak tangan banyak tantang
yang harus ia hadapi dan di lawan.
Mulai dari mendaftarkan diri melalui Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), tetapi disini ia gagal tanpa rasa putus asa ia tidak berhenti sampai
disini saja ia kemudian mendaftar lagi melalui jalur Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tetapi
keberuntungan masih belum berpihak padanya hingga pada jalur terakhir atau
jalur ketiga Seleksi masuk perguruan tinggi jalur mandiri. Diterima di jalur
terkahir ini banyak rasa yang berkecambuk dalam dirinya antara sedih dan
senang, senang akhirnya bisa menjadi bagian dari mahasiswa Universitas Bengkulu,
sedih harus diterima dengan jalur terakhir yang notabenya dikatakan sebagai
orang bodoh dengan jalur nyogok. Tetapi dengan kata-kata itulah yang akhirnya
membuat semangatnya kembali bangkit.
Astri
Wijayanti di terima di Universitas Bengkulu, Program studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, setelah berhasil masuk di program studi ini ia tanamkan
tekad yang kuat untuk dapat mengukir prestasi, prestasi yang ia dapatkan ia
mulai dengan rasa Kepo terhadap yang namaya Pimnas dengan rasa kepo ini ia
banyak mengikuti mentoring dan PKM yang ada di Universitas Bengkulu di mulai,
Gerakan 1000 PKM yang diadakan oleh organisasi P3M yang diadakan oleh BEM KBM
Universitas Bengkulu, disitu ia masih semester satu dan di acara ini ia
dipertemukan oleh kakak tingkat yang Bernama Okta Fernando yang juga merupakan
mahasiswa program studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, kak Okta-lah
yang disini menjadi pembimbing Astri untuk menulis PKM dari sini akhirnya
terbentuk Tim REPTIL (Replika Tabot dari Limbah) Astri bersama Tim sering
mengadahkan diskusi dan memulai menulis PKM, Asti juga merupakan yang terkecil
diantara Timnya, ia sempat minder karena
rekan-rekan timnya semuanya sudah pernah berprestasi sedangkan ia belum dan
masih semester satu pada waktu itu tetapi dengan motivasi dari kakak timnya
akhirnya ia mulai percaya diri bahwa dia akan berusaha dan mampu berkolaborasi
dan berjuang bersama kakak dari Tim REPTIL tersebut.
|
Tim Reptil Otawa Unib Pimnas 2017 |
Awalnya mereka tidak percaya bahwa mereka akan
terpilih untuk mewakili Pimnas 30 di Universitas Muslim Indonesia di Makasar
karena adanya mahasiswa yang merendahkan dan mengatakan itu merupakan karya
yang tidak bermutu cuman karya yang berasal dari sampah siapa yang akan
tertarik akan itu apalagi ingin dijual siapa yang akan membeli, tetapi disini
karena mereka merupakan Tim mereka saling menguatkan diri dengan adanya cemooan
dari beberapa mahasiswa yang juga menulis PKM, seiring berjalanya waktu, akhirnya
Astri dan Tim REPTIL berhasil merangkul banyak media baik itu media local
seperti RB TV, BE TV, Reportase Rakyat,
Pedoman Bengkulu dan juga Media terbesar kampus Universitas Bengkulu
Unib Kita, tidak hanya media lokal media nasional pun dapat dirangkul oleh
mereka seperti Net TV dan TVRI Nasional. Media-media yang telah dirangkul
tersebut dapat menjadi poin penting dalam ajang Pimnas, yang mana media menjadi
nilai plus
Dikatakan Astri jika berkaca dari tahun-tahun
sebelumnya Universitas Bengkulu sulit untuk mendapatkan juara dalam ajang
Pimnas itu sendiri karena dari universitas lain itu sudah sangat gila akan
pimnas seperti Universitas Seriwijaya,
Universitas Barawijaya, UGM, ITB, mereka nampak sangat sengit untuk mendapatkan
juara pada ajang Pimnas tersebut.
Tim REPTIL Astri ini mengambil bagian kewirausahan
yang mengangkat budaya Provinsi Bengkulu ada tabot, batik besurek dan juga endemik Bengkulu, Bunga Raflesia
yang di satu padukan menjadi suatu karya memiliki nilai jual yang disebut
REPTIL. Saat itu juga bersamaan dengan jalanya PKM REPTIL ini Astri juga
berkecimpung dengan media terbesar kampus yaitu Unib Kita disini Astri membantu
Tim REPTIL untuk publikasi dan redaksi sedangkan untuk pengerjaan REPTIL itu
sendiri Astri bersama Tim berbagi tugas yang mana dalam pembuatan REPTIL ini
sendiri terdpat beberapa tahap yaitu pemotongan, pengeleman, dan pengemasan
yang semua bahan bekasnya Astri dan Tim REPTIL cari secara bersama-sama, untuk
penguatan dalam Tim REPTIL ini Astri dan Tim sering melakukan refresing untuk
menyatukan pikiran serta visi untuk mengharumkan nama Universitas Bengkulu.
Saat Pimnas di Makassar tersebut Tim Astri merasakan
Minder dengan Universitas yang lain yang
selalu disebut-sebutkan akan menjadi juara walaupun itu hanya sekedar Gimikan
dari pembawa acara, kemudian juga Universitas lain tersebut ada persembahan
tersendiri untuk pimnas seperti menggunakan jargon tersendri untuk pimnas dan
diringi dengan drum band dan pertujukan lainnya, disana mereka hanya diam
melihat orang yang sebegitu bagusnya dan banyak hal-hal yang tidak terduga yang
di lakukan oleh Universitas-Universitas yang lain tersebut tetapi mereka tetap
semangat dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengharumkan Universitas
Bengkulu.
Astri dan Tim REPTIL sungguh tidak menyangka akan
mendapatkan juara ke 3 serta memperoleh medali sekelas perunggu yang selama ini belum pernah di dapatkan oleh
Universitas Bengkulu walapun sudah 30 Pimnas ini diadakan, baru tahun ini
akhirnya Universitas Bengkulu bisa memboyong mendaali sekelas perugu tersebut
Harapan Astri Wijayanti kepada Birokasi Universitas
Bengkulu hendaknya Birokrasi dari
Universitas Bengkulu hendaknya agar lebih apresiasi lagi terhadap prestasi
mahasiswa Universitas Bengkulu dan lebih mendukung lagi seperti memberikan
fasilitas yang sudah di back up dari jauh-jauh hari, seluruh yang akan
dibutuhkan dalam kegiatan mahasiswa yang akan mengikuti ajang untuk mengharumkan nama Universitas Bengkulu.
Harapan kedepannya semoga Universitas Bengkulu dapat mengirimkan lebih banyak
tim lagi untuk bisa pimnas. karena dengan adanya juara-juara pimnas ini akan
bisa meningkatkan kreadibiltas dari suatu perguruan tinggi.(Else Puspitasari)